ALLAH
menganugerahkan amanah yang sangat besar pada orangtua yaitu anak. Untuk itulah
sebagai orangtua wajib bersyukur atas nikmat tersebut. Dan yang dikehendaki
adalah benar – benar menjadi suritauladan yang baik bagi amanah tersebut dengan
menjadi orangtua yang sesuai dengan sunah Nabi.
Alhamdulillah
banyak orangtua sukses menjadi suritauladan yang baik, tetapi banyak juga orangtua
yang gagal menjadi suritauladan yang baik. Orangtua laksana tanaman tebu,
sebelum menjadi gula, mengalami berbagi proses yang panjang sehingga menjadi
gula. Mulai dari penanaman, perawatan, pemanenan dan masuk pabrik untuk proses
pembuatan gula. Demikian juga, orangtua dalam proses mendidik anak akan
mengalami proses yang panjang. Apabila dalam proses, tebu berjalan tidak sesuai
dengan prosedurnya, bukan gula yang dihasilkan tetapi racun. Apabila orangtua
tidak dapat mendidik anak sesuai dengan sunah - sunah Nabi SAW, bukan anak
sholeh yang muncul akan tetapi anak tholeh yang kita dapat. Ada hal - hal yang
menyebabkan proses tersebut terganggu, itulah racun – racun yang masuk dalam
diri orangtua ketika mendidik anak.yaitu:
1.
Mengkritik
Sikap yang selalu memandang
sesuatu serba salah, tidak sesuai dengan dirinya dan berkeinginan untuk
merubahnya sesuai dengan pandangannya. Biasanya orang yang suka mengkritik
cenderung suka marah, menyakiti, menghina. Orangtua adalah kebun kasih sayang,
tempat yang menghasilkan buah – buah kesabaran, penyanyang dan penuh kasih. Setiap
anak mempunyai karakter yang berbeda satu sama lain sehingga penanganannya
tentu berbeda. Ketika anak melakukan kesalahan, sikap orangtua langsung
memarahi anak. Dengan dimarahi supaya anak menjadi baik, penurut dan tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Mendidik anak memerlukan proses yang lama dan
panjang, tetapi usaha ini bisa hancur gara – gara perkataan yang tidak disengaja
diucapkan ketika menasehati anak dengan marah. Marah identik dengan kekerasan.
Beda dengan sikap orangtua yang tegas, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Anak
akan tertib karena kesadaran sendiri bukan karena terpaksa.
2.
Merendahkan
Sikap yang selalu
mencari kesalahan orang kemudian di bicarakan kemana – kemana. Setiap anak
mempunyai sifat yang berbeda. Ada yang taat ada juga yang tidak taat. Maka yang
kehendaki sebagai orangtua yaitu selalu dan selalu memandang semua buah hatinya
dengan kebaikannya dan menutupi segala kekurangannya dengan kelebihannya.
Ketika anak dalam proses menuju kebaikan/menjadi sholeh maka dihasung, dimotivasi
dan tidak diungkit – ungkit masalah yang lalu. Ibarat orang melihat dengan kaca
mata yang lensanya bersih, maka yang selalu tampak dalam matanya yaitu semuanya
bersih dan menyenangkan hati. Bukan berarti menggunakan segala cara untuk
melindungi buah hati yang salah/harus dihukum, tetapi memberikan dukungan agar
anak mau bertanggungjawab dengan perbuatannya.
3. Membandingkan
Sikap yang selalu ingin
menang dan tidak mau dikalahkan. Setiap anak selalu berusaha bagaimana membuat
orangtua bangga akan potensi dirinya. Maka akan timbul persaingan dengan
saudara – saudaranya untuk menjadi yang terbaik, minim akan muncul persaingan
dalam dirinya. Maka hindarkan perdebatan, merendahkan, menghina diantara
saudara. Tumbuhkan sikap saling memuliakan sesama saudara, sikap saling mengalah
dan mendahulukan kepentingan saudara. Orantua harus bijaksana untuk menempatkan
diri sebagai leader bukan sebagai wasit. Kadang pekerjaan yang besar bisa
dikerjakan dengan mudah dan cepat dengan syarat mau mengalah dan merendahkan
diri. Sebagai gambaran ketika mengendarai mobil dipersimpangan jalan dan diarah
kanan/kirinya ada mobil yang ingin jalan mendahului. Maka dahulukan saudara
kita yang akan lewat, jika semua tidak mau mengalah maka akan terjadi
kecelakaan. Tanamkan dalam diri kita sebagai orangtua akhlak yang mulia dan tularkan
pada anak kita. Ada tiga criteria akhlak:
a.
Akhlak hasanah : apabila disakiti maka
kita balas dengan sepadan, jangan berlebihan
b.
Ahklak karimah : apabila disakiti,
dihina maka kita maafkan
c.
Ahklak Azima : apabila disakiti, dihina maka dimaafkan dan
dido’akan hidayah
4. Menolak
Sikap
yang selalu merendahkan, memotong pembicaraan orang lain.
Dalam
musyawarah keluarga. Maka hargai semua usulan baik dari bapak, ibu, kakak, adik
atau bahkan pembantu kita. Semua mempunyai hak, maka kita dengarkan sampai semuanya
selesai menyampaikan usulannya. Dengan mendengar kita jadi tahu apa yang menjadi
pemasalahan, keinginan dan maksud dari tiap anggota keluarga. Walaupun mungkin
tiap anggota berbeda atau tidak masuk akal usulnya tetap kita hargai. Sehingga
akan tercipta suasana surga. Baiti jannati, rumahku surgaku.
Apabila dalam proses mendidik anak,
hati kita belum bersih dari racun – racun tersebut. Maka hasilnya anak akan
tumbuh menjadi pendendam, penakut, pemurung, tidak bahagia, mudah terpengaruh,
mudah stress, mudah tersingung dan anak tidak kreatif.
InsyaALLAH dengan menghindari racun
- racun tersebut kita sebagai orangtua menjadi gula yang manis bagi anak – anak
kita. Akan melahiran anak yang sholeh, penyabar, pemberani, ceria, bahagia, pemimpin,
percaya diri, tabah dan selalu kreatif.by sakura*sukses selalu*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan jika ingin memberi saran atau masukan. Nuwun