Kamis, 20 Desember 2012

Racun – Racun Dalam Mendidik Anak



ALLAH menganugerahkan amanah yang sangat besar pada orangtua yaitu anak. Untuk itulah sebagai orangtua wajib bersyukur atas nikmat tersebut. Dan yang dikehendaki adalah benar – benar menjadi suritauladan yang baik bagi amanah tersebut dengan menjadi orangtua yang sesuai dengan sunah Nabi.
Alhamdulillah banyak orangtua sukses menjadi suritauladan yang baik, tetapi banyak juga orangtua yang gagal menjadi suritauladan yang baik. Orangtua laksana tanaman tebu, sebelum menjadi gula, mengalami berbagi proses yang panjang sehingga menjadi gula. Mulai dari penanaman, perawatan, pemanenan dan masuk pabrik untuk proses pembuatan gula. Demikian juga, orangtua dalam proses mendidik anak akan mengalami proses yang panjang. Apabila dalam proses, tebu berjalan tidak sesuai dengan prosedurnya, bukan gula yang dihasilkan tetapi racun. Apabila orangtua tidak dapat mendidik anak sesuai dengan sunah - sunah Nabi SAW, bukan anak sholeh yang muncul akan tetapi anak tholeh yang kita dapat. Ada hal - hal yang menyebabkan proses tersebut terganggu, itulah racun – racun yang masuk dalam diri orangtua ketika mendidik anak.yaitu:
1.        Mengkritik
Sikap yang selalu memandang sesuatu serba salah, tidak sesuai dengan dirinya dan berkeinginan untuk merubahnya sesuai dengan pandangannya. Biasanya orang yang suka mengkritik cenderung suka marah, menyakiti, menghina. Orangtua adalah kebun kasih sayang, tempat yang menghasilkan buah – buah kesabaran, penyanyang dan penuh kasih. Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda satu sama lain sehingga penanganannya tentu berbeda. Ketika anak melakukan kesalahan, sikap orangtua langsung memarahi anak. Dengan dimarahi supaya anak menjadi baik, penurut dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Mendidik anak memerlukan proses yang lama dan panjang, tetapi usaha ini bisa hancur gara – gara perkataan yang tidak disengaja diucapkan ketika menasehati anak dengan marah. Marah identik dengan kekerasan. Beda dengan sikap orangtua yang tegas, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Anak akan tertib karena kesadaran sendiri bukan karena terpaksa.
2.      Merendahkan
Sikap yang selalu mencari kesalahan orang kemudian di bicarakan kemana – kemana. Setiap anak mempunyai sifat yang berbeda. Ada yang taat ada juga yang tidak taat. Maka yang kehendaki sebagai orangtua yaitu selalu dan selalu memandang semua buah hatinya dengan kebaikannya dan menutupi segala kekurangannya dengan kelebihannya. Ketika anak dalam proses menuju kebaikan/menjadi sholeh maka dihasung, dimotivasi dan tidak diungkit – ungkit masalah yang lalu. Ibarat orang melihat dengan kaca mata yang lensanya bersih, maka yang selalu tampak dalam matanya yaitu semuanya bersih dan menyenangkan hati. Bukan berarti menggunakan segala cara untuk melindungi buah hati yang salah/harus dihukum, tetapi memberikan dukungan agar anak mau bertanggungjawab dengan perbuatannya.
3.      Membandingkan
Sikap yang selalu ingin menang dan tidak mau dikalahkan. Setiap anak selalu berusaha bagaimana membuat orangtua bangga akan potensi dirinya. Maka akan timbul persaingan dengan saudara – saudaranya untuk menjadi yang terbaik, minim akan muncul persaingan dalam dirinya. Maka hindarkan perdebatan, merendahkan, menghina diantara saudara. Tumbuhkan sikap saling memuliakan sesama saudara, sikap saling mengalah dan mendahulukan kepentingan saudara. Orantua harus bijaksana untuk menempatkan diri sebagai leader bukan sebagai wasit. Kadang pekerjaan yang besar bisa dikerjakan dengan mudah dan cepat dengan syarat mau mengalah dan merendahkan diri. Sebagai gambaran ketika mengendarai mobil dipersimpangan jalan dan diarah kanan/kirinya ada mobil yang ingin jalan mendahului. Maka dahulukan saudara kita yang akan lewat, jika semua tidak mau mengalah maka akan terjadi kecelakaan. Tanamkan dalam diri kita sebagai orangtua akhlak yang mulia dan tularkan pada anak kita. Ada tiga criteria akhlak:
a.                 Akhlak hasanah : apabila disakiti maka kita balas dengan sepadan, jangan berlebihan
b.                Ahklak karimah : apabila disakiti, dihina maka kita maafkan
c.         Ahklak Azima   : apabila disakiti, dihina maka dimaafkan dan dido’akan hidayah
4.      Menolak
Sikap yang selalu merendahkan, memotong pembicaraan orang lain.
Dalam musyawarah keluarga. Maka hargai semua usulan baik dari bapak, ibu, kakak, adik atau bahkan pembantu kita. Semua mempunyai hak, maka kita dengarkan sampai semuanya selesai menyampaikan usulannya. Dengan mendengar kita jadi tahu apa yang menjadi pemasalahan, keinginan dan maksud dari tiap anggota keluarga. Walaupun mungkin tiap anggota berbeda atau tidak masuk akal usulnya tetap kita hargai. Sehingga akan tercipta suasana surga. Baiti jannati, rumahku surgaku.
Apabila dalam proses mendidik anak, hati kita belum bersih dari racun – racun tersebut. Maka hasilnya anak akan tumbuh menjadi pendendam, penakut, pemurung, tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stress, mudah tersingung dan anak tidak kreatif.
InsyaALLAH dengan menghindari racun - racun tersebut kita sebagai orangtua menjadi gula yang manis bagi anak – anak kita. Akan melahiran anak yang sholeh, penyabar, pemberani, ceria, bahagia, pemimpin, percaya diri, tabah dan selalu kreatif.by sakura*sukses selalu*




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan jika ingin memberi saran atau masukan. Nuwun